Cerpen Aulia Salsabila
Hari
ini tepat di hari minggu keluarga salwa akan berpindah tempat tinggal.
Sebelumnya mereka tinggal dikolong jembatan disekitar daerah Jakarta selatan.
Dengan rumah sepetak ala kadarnya, tetapi tidak mempengaruhi keharmonisan salwa
dengan keluarganya. Salwa dan keluarga sangat bersyukur atas program pemerintah
yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Tetapi ada sebagian warga kolong
jembatan yang menolak untuk dipindahkan di tempat yang layak.
Mungkin karena tempat yang dulu ia tinggal memiliki sebuah kenangan.
Tempat
tinggal yang akan salwa tempati beserta keluarga yaitu sebuah rumah susun
dikawasan Jakarta timur. Sebelum pindah, orang tua salwa sudah mensurvei tempat
tinggal rusun tersebut. Menurut orang tua salwa jarak tempat tinggal yang baru
tidak begitu jauh. Dengan begitu mereka langsung sesegera untuk pindah, karena
jika tidak cepat maka akan berbeda dengan lokasi yang akan dihuni. Bisa saja
akan lebih jauh dari yang ini. Lokasi yang sekarang menurut orang tua salwa
sangat strategis, dimulai dari tempat kerja ayahnya yang sebagai tukang sapu
jalanan. Dan juga tempat sekolah salwa, walaupun harus menggunakan kereta commuterline
tetapi bagi salwa tidak ada masalah. Terpenting keluarga salwa mempunyai
tempat tinggal yang layak.
Setelah
selesai berkemas barang bawaan yang akan dibawa ke rumah susun. Salwa pun
berpamitan ke tetangga di kolong jembatan yang belum mau pindah ke rumah susun
tersebut. “Rat, lu bener kaga mau pindah? Tempatnya tuh nyaman tau. Sekali-kali
mampir yee! Daah ratna” Salwa langsung melambaikan tangan dengan nada kencang.
Sempat ada rasa sedih harus berpisah dengan sahabat kecilnya. Tak hanya itu
orang tua salwa pun sempat bersedih karena harus meninggalkan tempat kenangan
orangtua salwa. Walaupun begitu keluarga salwa harus mempunyai perubahan, walau
baru dimulai dari tempat tinggal.
Sesampai
di rumah susun, salwa pun langsung beristirahat duduk di kursi dekat pintu.
Karena terlalu kelelahan setelah menaiki tangga lantai empat ditambah lagi
dengan membawa tas yang begitu besar.
“Buset
cape bener ya, kalo naik turun tangga begini bisa-bisa gua kurus” ucap salwa.
Lalu ibu salwa menghampiri salwa yang sedang kelelahan.
Lalu ibu salwa menghampiri salwa yang sedang kelelahan.
“Baru
segitu udah ngeluh aja lu sal, itu belum ada seberapa dari kerja keras emak
babeh lu. Nih emak bawa es teh biar setrong.” Sahut ibu salwa sambil memberi
minum.
“Wah emak gua pengertian banget” ucap salwa sambil cengir-cengir.
“Wah emak gua pengertian banget” ucap salwa sambil cengir-cengir.
“Eh
jangan seneng dulu, habis ini beresin noh barang-barang lu dikamar sana tuh.”
Ucap ibu salwa kepada salwa.
“Yaelah
mak, baru gua puji eh ada maksud ternyata. Iye entar gua beresin. Santai!” Ucap
salwa sambil meminum es teh.
Setelah
salwa selesai membereskan barang bawaan miliknya, lalu salwa menuju jendela
kamarnya. Melihat rusun yang bersebelahan dan melihat ada seorang pria sedang
membereskan kamarnya. Nampaknya pria itu juga baru saja pindah di rumah susun
ini seperti dirinya. Tetapi salwa berbeda gedung, walaupun masih satu lokasi.
Rumah susun disini memiliki dua gedung. Gedung pertama diberi nama blok A dan
gedung satunya diberi nama blok B. Tidak ada yang berbeda, tempat dan
fasilitasnya pun sama saja, dari pihak pemerintah mungkin sengaja supaya
penghuninya bisa banyak pada satu lokasi tersebut.
Salwa
pun masih memandangi jendela kamar pria itu, pria tersebut langsung menyadari
bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Salwa pun langsung kaget,
dengan sigap salwa langsung memberi sapa kepada pria itu.
“Hai,
kamu orang baru juga disini?” Ucap salwa dengan lantang.
“Apa
aku tak mendengar.” Pria itu pun langsung menjawab.
“Kamu
baru pindah disini?” Ucap salwa dengan memperjelas ucapan.
“Oh,
iya. Aku baru pindah nih,” Ucap pria itu.
Setelah
itu salwa pun menjawab dengan isyarat jempol. Dan pria itu pun langsung
tersenyum. Dalam batin salwa langsung bertanya-tanya. Nama dia siapa? Dia
pindahan dari mana? Dengan wajah bahagia. Tak lama kemudian ibu salwa
menghampiri salwa dan menanyakan apakah sudah menyelesaikan tugasnya tadi.
“Sal
udah lu beresin belum barang bawaan lu. Malah senyum-senyum sendiri. Awas loh
sal, entar kesambet.” Ucap ibu salwa.
“Eh
iya mak, udah salwa beresin nih. Udah rapih juga kan kamar salwa. Salwa boleh
main berarti ye? Ucap salwa sambil memohon kepada ibu salwa.
“Mau
main kemana lu, boleh aja sih. Tapi sekitar sini aja. Awas sampe jauh-jauh lu.”
Ucap ibu salwa.
“Tenang
mak, orang masih sekitar rusun ko. Mau liat-liat juga sama lingkungan rusun
disini mak.”Ucap salwa sambil meninggalkan kamarnya.
Salwa
pun berjalan menuruni tangga menuju lantai dasar. Saat berada dilantai tiga,
salwa berpapasan dengan pria yang ia temui saat siang hari di sebrang jendela
kamar salwa. Wajah salwa langsung berubah kemerahan, dan pria itu langsung
menghampiri salwa sambil memperkenalkan nama pria itu sambil berjabat tangan.
Sontak salwa langsung kaget tiba-tiba pria itu langsung memperkenalkan namanya.
Ternyata pria itu bernama Andi. Andi berasal dari purwodadi, dan andi disini
tinggal bersama ibunya. Ayah andi yang sedang bekerja proyek di luar jawa,
membuat andi dan ibunya tidak bisa tinggal bersama untuk sementara. Keluarga
andi memang keluarga yang pekerja keras, begitupun dengan andi. Ia sekarang
membantu orangtuanya sebagai penjual koran diselingi dengan bersekolah di sma
negeri di jakarta timur. Walaupun penghasilan dari menjual koran tidak
seberapa, bagi andi uang dari hasil koran tersebut akan diberikan kepada
ibunya. Faktor ekonomi disini sangat keras membuat keluarga andi harus berusaha
untuk bertahan hidup di tempat rantauannya.
Setelah
berkenalan dengan andi, salwa langsung mengajak andi ketempat favorit salwa.
“ndi
mau ikut gua nggak? Gua mau ke taman dekat rusun nih. Disana tempatnya adem
banget tau. Lu belum pernah kesana kan?” Ajak salwa.
“Emangnya
ada sal? Boleh aja sih, yuuk.” Jawab andi.
Lalu
mereka berdua pergi ke taman. Sesampai ditaman mereka langsung menuju ayunan
yang bergelantungan di pohon dan duduk di ayunan pohon bersama andi. Banyak
sekali pertanyaan salwa yang ditanyakan kepada andi. Andi pun tak segan
menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh salwa. Perbincangan mereka berdua
sampai melupakan waktu, sampai senja tertelan oleh langit barat. Sampai azan
magrib berkumandang mereka pun baru menyadari jika waktu telah mereka lewatkan
dengan menikmati perkenalan yang membuatnya lupa dengan waktu.
Mereka
berdua lalu pulang ke rumah susun. Lambaian tangan andi kepada salwa menjadi
perpisahan sementara antara mereka berdua. Karena mereka berdua harus pulang ke
rumah masing-masing dan salwa tidak satu blok rusun dengan andi, membuat andi
dan salwa harus terpisah sementara. Hanya jendela kamar rumah susun saja mereka
berdua bisa saling bertemu. Jendela kamar andi dan salwa kebetulan
bersebelahan, walaupun tidak begitu dekat tetapi mereka berdua bisa saling
menatap. Dan juga saling bertukar senyum sapa kepada mereka berdua. Kadang
keisengan andi kepada salwa, yang sewaktu-waktu membuat salwa merasa kesal.
Pertemanan
mereka pun berjalan dengan baik. Tak hanya itu orangtua salwa dan andi juga
sudah saling mengenal. Biasanya ibu andi mengajak salwa untuk membantu membuat
kue. Karena ibu andi bekerja menjual kue tradisonal di pasar senen. Sesekali
salwa ikut membantu membawakan dagangan ibu andi, tentu dengan andi juga mereka
berdua selalu bersama-sama. Banyak teman-teman dan tetangga salwa bilang bahwa
salwa dan andi adalah pasangan yang cocok. Saat banyak orang yang bilang
begitu, tetapi salwa hanya menganggapnya santai saja. karena salwa menggapnya
andi adalah sosok pria yang hanya sebagai sahabat saja. Salwa khawatir jika
persahabatan yang ia jalani rusak karena rasa saling suka. Maka dari itu salwa
selalu menjaga jaga jarak supaya rasa itu tidak tumbuh didalam hatinya. Bagi
salwa jika andi adalah jodohnya maka mereka akan tetap bersama sebagai teman
hidupnya. Tak ada harapan lebih bagi salwa kepada andi. Salwa pasrahkan kepada
yang maha kuasa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar