Sudah
tahun ke enam, sejak terakhir pertemuan Aku dan Dia. Masih teringat wajahmu, senyummu, dan suaramu. Obrolan pertama yang tidak akan aku lupakan. Awalnya memang canggung,
karena kali pertama bertatap wajah denganmu. Itulah kali pertama aku mulai
menyukaimu. Memang terasa aneh, menyukai seseorang saat kali pertama berjumpa. Tapi
asal kamu tahu, aku menyukaimu bukan karena fisik kamu. Tetapi tentang
pengalaman hidupmu saat beberapa jam berbincang denganmu, membuatku merasa ada
yang unik dari dirimu. Walaupun kamu sudah mengetahuinya dan berpura-pura
untuk tidak mengetahuinya. Dan selalu menjaga jarak jika aku membahas hal-hal
yang berhubungan tentang perasaan.
Aku
tak pernah marah dengan sikap acuhmu, walaupun kamu selalu acuh kepadaku,
tetapi aku tetap menyukaimu. Aku tak pernah marah kepadamu, saat kamu tidak
pernah membalas pesan-pesan ku. Mungkin itu dulu, sebelum mengetahui yang
sebenarnya. Saat pertanyaan yang sempat aku tanyakan kepadamu. Pertanyaan yang
mungkin terasa asing ditelingamu. Memang aku sudah gila, sudah memberanikan
untuk menanyakan hal semacam itu. Dan saat tahu jawaban yang kamu berikan hanya
sebuah senyuman saja.
Sempat
kesal melihat jawabanmu hanya senyum saja. Makin kesini, aku paham maksud emoticon senyum itu maksudnya apa. Yaa,
yaa aku paham. Aku lebih baik mundur saja. Memang benar apa yang teman kamu katakan bahwa aku harus lupain kamu, cepat cari yang lain, dan jangan berharap lebih
sama dia. Bahwa yang temanmu katakan kepadaku “Haduh caca, kaya engga ada yang
lain aja. Masih aja si Andi. Mau sampai kapan ca?” Saat dia berkata seperti
itu, aku membalas “Gimana yaa, aku juga bingung kenapa aku susah move on dari
dia. Engga bisa jauhin pikiran tentang dia, karena setiap hari selalu mikiran dia
wkk” dengan jawaban tidak serius, karena aku coba untuk menenangkan diri. Tentang
apa yang dikatakan oleh Ade, temanmu.
Sebenarnya
aku ingin sekali bertemu denganmu. Tetapi saat aku mencoba mengajak untuk
bertemu selalu kamu menghindarinya, entah alasan A, B, C. Awalnya aku bisa
memaklumi, tetapi seiring waktu berjalan hingga tahun ke enam ini aku baru bisa
mengerti tentang alasanmu tidak bisa bertemu denganku. Bukan karena kamu sedang
sibuk tentang pekerjaanmu, tetapi memang kamu malas saja untuk bertemu denganku. Tak usah kamu jelaskan, aku sudah mengetahuinya. Kamu pernah bilang kepadaku bahwa kamu akan mengajakku untuk menonton bioskop, pergi ke toko buku
bersama dan meminum espresso bersama. Tetapi semua itu hanya omong kosong saja.
“Ya
Tuhan, kenapa baru sekarang baru disadarkan. Kenapa tidak dari dulu saja.” Batin
ku.
Teman
ku pernah berkata “Seharusnya kamu bersyukur, kehadiran dia menjadi sebuah
pembelajaran kamu kedepannya. Untuk tidak gampang terbawa perasaan kepada pria.
Walaupun pria itu sudah kenal lama atau baru kenal. Kamu harus bersikap biasa
saja. Bahwa sebenarnya apa yang kamu harapkan, terkadang tidak sesuai harapan. Karena
Tuhan tidak menyukai hambanya yang terlalu berharap kepada makhluknya, bukan
kepada Tuhannya. Makanya kamu berharap kepada Tuhanmu dulu baru kamu mengharapkan
orang yang kamu cintai.”
Seketika
aku mulai bangkit saat mendengar nasihat temanku. Bahwa aku harus memperbaiki
diri terlebih dahulu, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Bahwa Tuhan sudah
mempersiapkan jodoh kita masing-masing. Sebisa mungkin bersikap biasa saja, dan
jangan berlebihan. Karena Tuhan tidak suka yang berlebih-lebihan kecuali
kepada-Nya.
Semarang, November 2018
Semarang, November 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar