Senin, 08 Oktober 2018

CINTA AYAH KEPADA ANAKNYA




Judul                : Ayah
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang
Cetakan           : I, Mei 2015
Jumlah Halaman : 412 halaman
ISBN               : 978-602-291-102-9

Kasih sayang seorang Ayah sering kita abaikan, terkadang anak tidak mengetahui bahwa kasih sayang Ayah kepada anaknya ternyata begitu besar meski tidak nampak langsung oleh sang anak. Jika kita berpikir lagi perjuangan Ayah untuk mencari rezeki tentu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan untuk memenuhi keinginan sang anak yang terkadang sangat menyusahkan.
Pada buku Novel fiksi Indoneisa yang berjudul “Ayah” ini menceritakan tentang perjuangan seorang laki-laki muda bernama Sabari. Pemuda yang baru saja memasuki bangku SMA, kemudian dipertemukan dengan seorang perempuan yang membuat dia tergila-gila. Marlena namanya, wanita dengan mata yang memesona hati oleh para pemuda terutama bagi Sabari, hingga Sabari sulit untuk melupakannya. Sampai pada akhirnya setelah melewati jalan panjang untuk mendapatkan Marlena, lalu Sabari berhasil menikahinya, namun bukan karena cinta, tapi karena paksaan orang tua Marlena.
Tidak butuh waktu lama, merekapun dikarunia anak laki-laki bernama Zorro, nama aslinya Amiru, seorang anak cerdas. Pada cerita di Novel ini Zorro dipisahkan dari kasih sayang ayahnya yaitu Sabari selama delapan tahun lamanya, samapai Sabari hampir gila. Meski demikian ayah yang merindukan kedatangan anaknya itu tidak jadi gila, karena Amiru telah kembali. Dia tumbuh cerdas seperti Sabari, pandai memainkan kata, membuat untaian puisi yang mampu membelalakan mata para pendengarnya.
Begitulah gambaran cerita yang disajikan dalam novel berjudul “Ayah” ini. Novel yang mengisahkan kasih sayang seorang pemuda yang tumbuh tua dengan cintanya terhadap perempuan yang sama sekali tidak mengharap kehadirannya, hingga cinta dan kasih sayangnya mengalir pada anaknya. Sebuah perjuangan yang mengharukan, antara tekad, keinginan, penolakan, persahabatan dan kasih sayang, bercampur dengan sempurna dalam novel ini. Dengan berlatarkan tempat di belitung, Andrea Hirata mempertahankan keasrian cerita yang dikaitkan dengan tanah kelahirannya.
Tutur yang digunakan dalam novel ini tidak berbelit-belit, pembaca akan dengan mudah memahaminya, asalkan tidak merlewatkan cerita pada tiap bab. Karena cerita yang disajikan diawal memiliki dua tokoh berbeda, namun pada akhirnya tokoh utamanya adalah seorang ayah yaitu Sabari.
Novel ini sangat cocok dinikmati oleh para orang tua dan kaum muda yang sedang siap-siap menjadi orang tua. Bahwa kasih sayang seorang ayah tidak kalah besar dari kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bahwa cinta itu sebenarnya bukan hanya sekadar kata-kata, atau diindahnya puisi, namun cinta itu butuh tindakan dan kesungguhan untuk mendapatkannya.
Membaca keseluruhan novel ini rasanya pembaca diajak untuk berlompatan dari waktu ke waktu. Kisah masa lalu Amiru, Sabari, dan Marlena terbentang dengan  rinci kemudian ditutup dengan manis di bagian akhir khas Andrea Hirata. Namun, ada beberapa bagian cerita yang terlalu singkat penyelesaiannya sehingga sedikit mengurangi kenikmatan membaca novelnya. Termasuk pembaca sedikit terkecoh dengan penggunaan sudut pandang Zorro dan Amiru dalam kisah ini.
Kelebihan Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang tidak jauh beda apabila dibandingakn dengan gaya bahsa Andrea Hirata pada buku-buku lainnya. Jika kamu penikmat tulisan Andrea Hirata, maka novel Ayah ini bukanlah sesuatu yang mengecewakan. Justru buku ini membuat pembaca semakin cinta dengan karya-karya Andrea Hirata. Buku ini terbagi dalam bab-bab pendek, sehingga pembaca bisa dengan enak mencicil baca.
Buku ini begitu mendidik, sekaligus menghibur. Mendidik pembaca supaya menjadi manusia yang tahu adat, tahu bagaimana harus menjalani hidup, tahu bagaimana harus memposisikan orang-orang yang ada di sekitar kita, khususnya mereka yang mencintai kita.
Buku ini adalah gambaran sempurna tentang cinta ayah kepada anaknya. Memang tidak begitu mengharukan, namun apa yang terjadi pada Sabari adalah sesuatu yang unik, indah, memilukan, membahagiakan, di waktu yang bersamaan. Lagi-lagi, tentu saja ada momen kita tertawa terpingkal-pingkal ketika membaca tulisan Andrea Hirata. Contohnya pada novel Ayah ini.
Buku ini memiliki keunggulan yang unik dan berbeda dengan novel lainnya, yaitu banyaknya puisi yang dibuat sebagai pelengkap cerita. Kalimat demi kalimat mudah dibaca dan ditulis dengan indah serta bermakna. Setelah membaca buku ini kita dapat mengetahui bahasa daerah belitong yang sebelumnya belum pernah mengetahui, seperti yang dituliskan oleh Andrea ada beberapa kata Belitong kuno yang saat ini jarang sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya saja, gelaning, hademat, ngayau, dan ketumbi.

Kekurangan Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Kekurangan pada novel ini ada beberapa halaman terutama di awal-awal bab, Andrea sebagai penulis sering melakukan pengulangan nama yang tidak  perlu. Misal Ukun suka sama A, B, C, D, dst. Penyebutan nama ini terlalu banyak dan sering diulang. Selain itu, ada pula cerita yang terlalu berliku-liku. Misalnya, menceritakan panjangnya hubungan kekerabatan seseorang. Alur campuran yang membuat para pembaca yang jarang membaca akan kebingungan apabila membaca buku ini secara tidak runtut.

--Aulia Salsabila, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar