Judul :
Ayah
Penulis :
Andrea Hirata
Penerbit :
Bentang
Cetakan :
I, Mei 2015
Jumlah Halaman : 412 halaman
ISBN :
978-602-291-102-9
Kasih sayang seorang
Ayah sering kita abaikan, terkadang anak tidak mengetahui bahwa kasih sayang
Ayah kepada anaknya ternyata begitu besar meski tidak nampak langsung oleh sang
anak. Jika kita berpikir lagi perjuangan Ayah untuk mencari rezeki tentu untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya dan untuk memenuhi keinginan sang anak yang
terkadang sangat menyusahkan.
Pada buku Novel fiksi
Indoneisa yang berjudul “Ayah” ini menceritakan tentang perjuangan seorang
laki-laki muda bernama Sabari. Pemuda yang baru saja memasuki bangku SMA,
kemudian dipertemukan dengan seorang perempuan yang membuat dia tergila-gila.
Marlena namanya, wanita dengan mata yang memesona hati oleh para pemuda
terutama bagi Sabari, hingga Sabari sulit untuk melupakannya. Sampai pada
akhirnya setelah melewati jalan panjang untuk mendapatkan Marlena, lalu Sabari
berhasil menikahinya, namun bukan karena cinta, tapi karena paksaan orang tua
Marlena.
Tidak butuh waktu
lama, merekapun dikarunia anak laki-laki bernama Zorro, nama aslinya Amiru, seorang
anak cerdas. Pada cerita di Novel ini Zorro dipisahkan dari kasih sayang
ayahnya yaitu Sabari selama delapan tahun lamanya, samapai Sabari hampir gila.
Meski demikian ayah yang merindukan kedatangan anaknya itu tidak jadi gila,
karena Amiru telah kembali. Dia tumbuh cerdas seperti Sabari, pandai memainkan
kata, membuat untaian puisi yang mampu membelalakan mata para pendengarnya.
Begitulah gambaran
cerita yang disajikan dalam novel berjudul “Ayah” ini. Novel yang mengisahkan
kasih sayang seorang pemuda yang tumbuh tua dengan cintanya terhadap perempuan
yang sama sekali tidak mengharap kehadirannya, hingga cinta dan kasih sayangnya
mengalir pada anaknya. Sebuah perjuangan yang mengharukan, antara tekad,
keinginan, penolakan, persahabatan dan kasih sayang, bercampur dengan sempurna
dalam novel ini. Dengan berlatarkan tempat di belitung, Andrea Hirata
mempertahankan keasrian cerita yang dikaitkan dengan tanah kelahirannya.
Tutur yang digunakan
dalam novel ini tidak berbelit-belit, pembaca akan dengan mudah memahaminya,
asalkan tidak merlewatkan cerita pada tiap bab. Karena cerita yang disajikan
diawal memiliki dua tokoh berbeda, namun pada akhirnya tokoh utamanya adalah
seorang ayah yaitu Sabari.
Novel ini sangat
cocok dinikmati oleh para orang tua dan kaum muda yang sedang siap-siap menjadi
orang tua. Bahwa kasih sayang seorang ayah tidak kalah besar dari kasih sayang
seorang ibu terhadap anaknya. Bahwa cinta itu sebenarnya bukan hanya sekadar kata-kata,
atau diindahnya puisi, namun cinta itu butuh tindakan dan kesungguhan untuk
mendapatkannya.
Membaca keseluruhan novel ini rasanya pembaca diajak
untuk berlompatan dari waktu ke waktu. Kisah masa lalu Amiru, Sabari, dan
Marlena terbentang dengan rinci kemudian ditutup dengan manis di
bagian akhir khas Andrea Hirata. Namun, ada beberapa bagian cerita yang terlalu
singkat penyelesaiannya sehingga sedikit mengurangi kenikmatan membaca
novelnya. Termasuk pembaca sedikit terkecoh dengan penggunaan sudut pandang
Zorro dan Amiru dalam kisah ini.
Kelebihan
Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Buku ini ditulis dengan gaya bahasa
yang tidak jauh beda apabila dibandingakn dengan gaya bahsa Andrea Hirata pada
buku-buku lainnya. Jika kamu penikmat tulisan Andrea Hirata, maka novel Ayah
ini bukanlah sesuatu yang mengecewakan. Justru buku ini membuat pembaca semakin
cinta dengan karya-karya Andrea Hirata. Buku ini
terbagi dalam bab-bab pendek, sehingga pembaca bisa dengan enak mencicil baca.
Buku ini begitu mendidik, sekaligus
menghibur. Mendidik pembaca supaya menjadi manusia yang tahu adat, tahu
bagaimana harus menjalani hidup, tahu bagaimana harus memposisikan orang-orang
yang ada di sekitar kita, khususnya mereka yang mencintai kita.
Buku ini adalah gambaran sempurna
tentang cinta ayah kepada anaknya. Memang tidak begitu mengharukan, namun apa
yang terjadi pada Sabari adalah sesuatu yang unik, indah, memilukan,
membahagiakan, di waktu yang bersamaan. Lagi-lagi, tentu saja ada momen kita
tertawa terpingkal-pingkal ketika membaca tulisan Andrea Hirata. Contohnya pada
novel Ayah ini.
Buku ini memiliki keunggulan
yang unik dan berbeda dengan novel lainnya, yaitu banyaknya puisi yang dibuat
sebagai pelengkap cerita. Kalimat demi kalimat mudah dibaca dan ditulis dengan
indah serta bermakna. Setelah membaca buku ini kita dapat mengetahui bahasa
daerah belitong yang sebelumnya belum pernah mengetahui, seperti yang dituliskan
oleh Andrea ada beberapa kata Belitong kuno yang
saat ini jarang sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya
saja, gelaning, hademat, ngayau, dan ketumbi.
Kekurangan Novel Ayah Karya Andrea
Hirata
Kekurangan pada novel ini ada
beberapa halaman terutama di awal-awal bab, Andrea sebagai penulis sering melakukan
pengulangan nama yang tidak perlu. Misal
Ukun suka sama A, B, C, D, dst. Penyebutan nama ini terlalu banyak dan sering
diulang. Selain itu, ada pula cerita yang terlalu berliku-liku. Misalnya,
menceritakan panjangnya hubungan kekerabatan seseorang. Alur campuran yang membuat para
pembaca yang jarang membaca akan kebingungan apabila membaca buku ini secara
tidak runtut.
--Aulia Salsabila, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar