Judul :
Arah Langkah
Penulis :
Fiersa Besari
Penerbit :
Mediakita
Cetakan :
I, Mei 2018
Jumlah Halaman : 300 halaman
ISBN :
978-979-794-561-9
Patah
hati tidak selamanya membuat seseorang untuk bermalas-malasan di rumah atau di
kamar sambil mendengarkan lagu galau. Dengan patah hati membuat Fiersa Besari
atau akrab disapa Bung ini berkeliling Indonesia. Begitulah alasan Fiersa
Besari mengelilingi Indonesia dan yang kemudian ditulis dalam buku Arah
Langkah. Buku ini merupakan buku keempat dari Fiersa Besari setelah Garis
Waktu, Konspirasi Alam Semesta, dan Catatan Juang.
Cerita
bermula dari Sumatera. Bung yang sebelumnya telah memutuskan keluar dari
pegawai kantoran demi mengejar keinginannya di bidang musik, lalu jatuh hati
kepada Mia, dan mengumpulkan rupiah demi menikahinya, kemudian harus rela
dikhianati oleh sahabatnya sendiri.
Pertemuannya
dengan Prem dengan nama asli Anisa Andini. Ia seorang gadis tomboy yang
menggemari petualangan, dan memiliki keinginan sama seperti Bung untuk keliling
Indonesia, lalu membawa mereka pada petualangan yang banyak mengubah hidup.
Bung dan Prem tak pergi hanya berdua, tapi bertiga. Ada sosok laki-laki yang
bernama Baduy turut ikut serta. Baduy adalah kawan dari kawannya Prem. Walaupun
terdapat tiga tokoh penting, cerita dalam buku ini berpusat pada Bung. Alur
yang digunakan adalah maju-mundur dimana setiap cerita perjalanannya akan
diselingin masa lalu Bung yang kelam dan untuk memotivasi maka Bung melakukan
perjalanan senusantara.
Membaca
buku Arah Langkah seperti sedang berkeliling Pulau Sumatera hingga ke Pulau
Sulawesi. Membaca obrolan-obrolan ketiganya, dengan masyarakat setempat, dan dengan
kawan-kawan lama di dunia nyata dan dunia maya yang baru Bung temui setelah
meminta tolong untuk sekadar menumpang tidur atau mengobrol bersama.
Selain
cerita keseruan petualangan berkeliling Indonesia, buku setebal 300 halaman ini
setiap babnya diakhiri gambar-gambar petualangan Bung dan kedua kawannya.
Selain itu, judul dari setiap bab hanya terdiri dari satu kata, dan ditulis
dalam format PUEBI. Seperti Salah satu contoh judul “ARKAIS” yang memiliki arti
(n) berhubungan dengan masa dahulu atau berciri kuno, tua.
Setiap
menyinggahi berbagai tempat pasti Bung berkenalan dengan seorang wanita dan Ia
mengagumi wanita tersebut meski hanya sekadar mengagumi saja. Begitupun dengan
daerah yang Ia singgahi. Wanita yang di tuliskan di buku ini bernama Lady,
Intan, Shinta, Ikar.
Selain
itu banyak juga kata yang asing didengar ditelinga namun dalam buku ini ditulis
dilengkapi dengan catatan kaki sehingga setelah membaca buku ini akan
memperkaya kosakata kita. Pada cerita ini kita dapat mengenal kebudayaan di
daerah Sumatera dan Sulawesi. Seperti kepercayaan saat sedang mengambil tuak
dari pohon Enau, harus sambil bernyanyi. Jika tidak maka air dalam pohon Enau
tak akan keluar. Makanya orang batak biasa bernyanyi lantang.
Buku
ini memberikan cerita lain tentang kondisi negeri yang tidak selalu sebagus
seperti di layar televise. Meskipun begitu, semua daerah yang disinggahi pada
buku ini memiliki cerita yang berbeda-beda, namun di dalam perbedaan itu, cinta
dan persahabatan selalu bisa ditemukan.
Kelebihan
Novel Arah Langkah
Buku
ini mengajarkan kita untuk tidak larut dalam kesedihan, karena di balik kesedihan
akan muncul keindahan. Pada buku ini juga dapat kita lihat keindahan pulau
Sumatera dan pulau Sulawesi dari gambar-gambar yang di abadikan oleh Bung
beserta kawan-kawannya. Jika di baca sampai selesai maka kita akan mengetahui
bahwa Bung sangat berkesan bisa menjelajahi berbagai daerah di Pulau sumatera
dan Pulan Sulawesi, dan menurut Bung semua tempat yang Ia singgahi memiliki
cerita yang berbeda, yang sama hanyalah rasa sakit akan berpisah dari tempat
itu. Cerita ini sangat menarik karena di mulai dari judul dan isi cerita
menggunakan PUEBI membuat pembaca lebih menambah pengetahuan yang sebelumnya
tidak mengetahui.
Kekurangan
Novel Arah Langkah
Ada
sedikit kekurangan pada cerita Arah Langkah ini, karena akhir cerita di buku
ini sangat nanggung. Bagi saya selaku pembaca mengharapkan bahwa akhir cerita
dapat melihat Raja Ampat, karena salah satu destinasi akhir perjalanannya.
Sangat di sayangkan cerita bersambung di pulau Sulawesi.
--Aulia Salsabila, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar