3Buku, 3
Kritikus, 3 Pembaca, 1 Pengarang.
Oleh:
Aulia Salsabila/3D/PBSI/15410150
Pada
hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016 Universitas PGRI Semarang menyelenggarakan UPGRIS
Bersastra dengan mengadakan bedah dan pembacaan karya Triyanto Triwikromo untuk
merayakan Bulan Bahasa. Dengan judul 3 Buku, 3
Kritikus, 3 Pembaca, 1 Pengarang. Acara tersebut di isi oleh pembacaan puisi
oleh Rektor Universitas PGRI Semarang Dr. Muhdi, S.H., M.Hum. Wakil rektor 1
Dra. Sri Suciati, M.Hum, dan kelompok musik Biscuittime. Tak hanya itu acara
tersebut dihadiri Ketua Dekan FPBS Dra. Asropah, M.Pd. Selain itu di isi
diskusi yang di isi oleh pakar posmodern Nur Hidayat, cerpenis S Prasetyo
Utomo, dan pegiat buku Widyanuari Eko Putra. Bedah dan pembacaan karya Triyanto
Triwikromo ini dimoderatori oleh kritikus sastra Harjito.
Singkat perjalanan hidupnya Triyanto Triwikromo lahir di Salatiga, 15 September 1964. Lulus
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Semarang. Sebelum
sebagai seorang sastrawan beliau pernah bekerja sebagai guru. Di samping
bekerja sebagai redaktur sastra di harian Suara merdeka Semarang, dia juga
menulis cerpen di Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo, Suara Pembaharuan,
Matra, Bernas, Jawa Pos, Pelita, Suara Merdeka, dan Republika.
Selain
sebagai seorang penulis, dia kerap mengikuti pertemuan teater dan sastra.
Antara lain menjadi pembicara dalam “Pertemuan Teater Indonesia 1998” di
Yogyakarta, mengikuti “Pertemuan Sastrawan Indonesia 1997” di Padang, dan
menjadi aktivis Gerakan Revitalisasi Sastra Perdalaman.
Beliau
juga pernah membuat naskah sinetron yang berjudul Anak-Anak Mengasah Pisau yang
digarap sutradara Dedi Setiadi. Pada tahun 1989 beliau dinobatkan sebagai
penyair terbaik majalah Gadis. Tahun 1990 beliau dinyatakan sebagai salah
seorang penyair terbaik versi Dirjen Kesenian RI. ''Mata Sunyi Perempuan
Takroni'' terpilih sebagai salah satu cerpen terbaik Kompas 2002.
KARYA Triyanto
Triwikromo:
Cerpenis yang
dikatagorikan Korri Layun Rampan ke dalam “Angkatan 2000” ini beberapa
cerpennya dianalogikan bersama cerpenis lain dalam:
1. Panorama Dunia Keranda (1991),
2. Kasidah Jalan Raya (1992),
3. Kicau Kepodang I (1993),
4. Ritus (1995),
5. Negeri Bayang-Bayang (1996),
6. Gerbong: Antologi Puisi dan Cerpen Indonesia Modern (1998),
7. Pintu Tertutup Salju (2000 bersama Herlina Solehan),
8. Rezim Seks dan Ragaula (2002),
9. Children Sharpening the Knives (2003),
10. kumpulan cerpen Sayap Anjing (2003).
1. Panorama Dunia Keranda (1991),
2. Kasidah Jalan Raya (1992),
3. Kicau Kepodang I (1993),
4. Ritus (1995),
5. Negeri Bayang-Bayang (1996),
6. Gerbong: Antologi Puisi dan Cerpen Indonesia Modern (1998),
7. Pintu Tertutup Salju (2000 bersama Herlina Solehan),
8. Rezim Seks dan Ragaula (2002),
9. Children Sharpening the Knives (2003),
10. kumpulan cerpen Sayap Anjing (2003).
Kumpulan
Cerpen Terbarunya dibuat dalam dwibahasa (Inggris-Indonesia)
Cerpen-cerpen beliau antara lain,
1. “Tujuh Belas Agustus, Tampa Tahun” (1991),
2. “Monumen” (1991),
3. “Ritus Penyalipan” (1992),
4. “Labirin Kesunyian” (1992),
5. “Sepanjang Waktu dalam Penyalipan-Mu” (1993),
6. “Litani Kebinasaan”, (1993),
7. “Ninabobo Televisi” (1996),
8. “Cinta Tak Mati-Mati” (1997),
9. “Masuklah ke Telingaku Ayah” (1999),
10. “Mata Sunyi Perempuan Takroni” (2002),
11. “Sepasang Anjing Sepasang Cermin” (2002),
12. “Cermin Pasir” (2002),
13. “Sunyi Merambat Seperti Ular” (2002),
14. “Morgot” (2002),
15. “Ikan Asing dari Weipa – Nappranum” (2002),
16. “Cermin Pasir” (2002),
17. “Cinta Sepasang Kupu-Kupu” (2003),
18. “Genjer” (2003),
19. “Malam Sepasang Lampion” (2003),
20. “Cutdacraeh” (2003),
21. “Seperti Gerimis yang Meruncing Merah” (2003),
22. “Sayap Anjing” (2003),
23. “Aku, Ular, Surga Terakhirmu” (2003),
24. “Angin dari Ujung Angin” (2004),
25. “Malaikat Kakus” (2005),
26. “Sayap Kabut Sultan Ngamid” (2005),
27. “Lumpur Kuala Lumpur” (2005),
28. “Malaikat Tanah Asal” (2006),
29. “Belenggu Salju” (2007),
30. “Badai Bunga” (2007), dan
31. “Matahari Musim Dingin” (2007).
Cerpen-cerpen beliau antara lain,
1. “Tujuh Belas Agustus, Tampa Tahun” (1991),
2. “Monumen” (1991),
3. “Ritus Penyalipan” (1992),
4. “Labirin Kesunyian” (1992),
5. “Sepanjang Waktu dalam Penyalipan-Mu” (1993),
6. “Litani Kebinasaan”, (1993),
7. “Ninabobo Televisi” (1996),
8. “Cinta Tak Mati-Mati” (1997),
9. “Masuklah ke Telingaku Ayah” (1999),
10. “Mata Sunyi Perempuan Takroni” (2002),
11. “Sepasang Anjing Sepasang Cermin” (2002),
12. “Cermin Pasir” (2002),
13. “Sunyi Merambat Seperti Ular” (2002),
14. “Morgot” (2002),
15. “Ikan Asing dari Weipa – Nappranum” (2002),
16. “Cermin Pasir” (2002),
17. “Cinta Sepasang Kupu-Kupu” (2003),
18. “Genjer” (2003),
19. “Malam Sepasang Lampion” (2003),
20. “Cutdacraeh” (2003),
21. “Seperti Gerimis yang Meruncing Merah” (2003),
22. “Sayap Anjing” (2003),
23. “Aku, Ular, Surga Terakhirmu” (2003),
24. “Angin dari Ujung Angin” (2004),
25. “Malaikat Kakus” (2005),
26. “Sayap Kabut Sultan Ngamid” (2005),
27. “Lumpur Kuala Lumpur” (2005),
28. “Malaikat Tanah Asal” (2006),
29. “Belenggu Salju” (2007),
30. “Badai Bunga” (2007), dan
31. “Matahari Musim Dingin” (2007).
Saat
acara akan dimulai para mahasiswa FPBS sudah berkumpul di Balairung Universitas
PGRI Semarang dengan suka cita. Dengan suasana hikmat acarapun dimulai. Sebelum
bapak rektor membuka acara, kelompok musik
Biscuittime menampilkan 3 buah lagu. Setelah selesai menampilkan beberapa lagu
barulah rektor Universitas PGRI Semarang Dr. Muhdi, S.H., M.Hum membuka acara 3
Buku, 3 Kritikus, 3 Pembaca, 1 Pengarang. Tak lama setelah pembukaan, barulah
puisi karya Triyanto Triwikromo yang berjudul Takziah dibaca oleh Bapak Rektor Dr.
Muhdi, S.H., M.Hum dan puisi yang kedua yang berjudul Mereka Memalsukan
Kisahku. Kedua puisi yang dibaca oleh Rektor Universitas PGRI Semarang menjadi
sorotan oleh mahasiswa dan tamu undangan yang hadir. Tak menyangka bahwa ada
suatu kejutan yang ditampilkan oleh bapak rektor yaitu dengan menampilkan
nyanyian dengan iringan gitar sendiri. Seluruh yang hadir pada saat itu
terkesima. Ternyata Rektor Universitas PGRI Semarang memiliki bakat terpendam
yaitu bergitar sambil bernyanyi.
Setelah itu Wakil Rektor 1 Dra. Sri Suciati, M.Hum.
membacakan puisi karya Triyanto Triwikromo dengan judul Selir Musim Panas. Dengan
penampilan cara membaca puisi yang berbeda dengan nada nembang jawa yang berduet dengan mahasiswa Pendidikan
Bahasa Inggris. Membuat bulu kuduk kami semakin terasa karena suara Wakil
Rektor 1 Ibu Suci yang sangat merdu. Semua hadirin bertepuk tangan karena
penampilan yang sangat memukau. Lalu
penampilan kedua oleh mahasiswa Universitas PGRI Semarang yang menampilkan
membaca puisi karya Triyanto Triwikromo. Dan menampilkan suatu Drama dengan
dibacakan puisi-puisin karyanya. Dengan musik dan tata dekorasi yang apik serta
penampilan yang menarik membuat semua yang hadir terkesima.
Diskusi dan
pembedahan 3 buku karya Triyanto Triwikromo pun dimulai, yang diisi oleh pakar
posmodern Nur Hidayat, cerpenis S Prasetyo Utomo, dan pegiat buku Widyanuari
Eko Putra. Bedah dan pembacaan karya Triyanto Triwikromo ini dimoderatori oleh
kritikus sastra Harjito. Cerpenis S Prasetyo Utomo pun membacakan sebuah puisi karya Triyanto
Triwikromo yang dibaca dengan baik.
Setelah pembedahan selesai maka acara pun ditutup oleh Pesan
dan kesan Triyanto Triwikromo yang terharu karena karyanya yang dikemukakan
dimuka umum. Jadi lebih dikenal lagi oleh orang lain. Dengan perjalanan 30
Tahun sebagai pengarang, hingga sekarang
masih tetap menjadi seorang sastrawan yang belum pengsiun. Semoga karya bapak
Triyanto Triwikromo menjadi inspirasi bagi kalangan masyarakat yang di
Indonesia dan diluar Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar