Jumat, 23 Desember 2016

KEKHAWATIRAN PERTELEVISIAN INDONESIA

TRIBUN JATENG – Sehubungan dengan opini yang dimuat pada tanggal (Jumat, 23 Desember 2016) dengan judul “Ibu, Televisi dan Generasi Internet” Oleh Tri Pujiati (Alumnus Pendidikan Bahasa Arab Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Dari Opini yang dimuat, saya sependapat dengan saudari. Bahwa maraknya acara televisi pada beberapa dekade ini yang semakin kesini semakin tidak bermutu, tontonan yang seharusnya tidak ditonton oleh anak-anak tetapi seperti dipaksa untuk ditonton. Karena tidak ada pilihan lain acara yang akan ditonton. Terlebih lagi acara anak-anak yang semakin berkurang. Padahal acara televisi untuk anak-anak sangat diperlukan, terlebih untuk membangun karekter dan psikologi yang harus mendapatkan ajaran yang baik. Jika acara televisi seperti ini terus generasi penerus bangsa akan menjadi rusak. Belum sepatutnya anak-anak dibawah umur menonton acara yang sepatutnya belum diperbolehkan untuk ditonton, seperi : Sinetron, gosip, kekerasan dan sebagainya. Membuat karakter anak menjadi rusak dengan acara yang seperti itu.
Bahwa Perusahaan televisi sekarang hanya mengejar target untuk meningkatkan ratting yang tinggi. Bagi mereka, yang penting diterima oleh masyarakat tanpa memperdulikan efeknya terhadap perkembangan anak. Sungguh miris jika seperti itu adanya.
Tingkat anak-anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berpotensi untuk menirukan adegan atau perbuatan yang dilihat olehnya. Maka untuk mengatasinya, bagi orang tua harus mengawasi saat anak-anaknya untuk menonton televisi. Supaya tontonan yang dilihat tidak berdampak yang buruk. Sudah dikatakan pada opininya bahwa keberadaan orang tua terutama ibu sangat diperlukan untuk menanamkan kesadaran serta menyeleksi acara yang pantas bagi anak-anaknya.
Pada dasarnya televisi itu merupakan informasi yang didapat pada hal yang dilihat melalui televisi tersebut. Karena tak harus dengan surat kabar, majalah, dan lainnya, untuk mengetahui informasi tersebut. Maka dengan televisi seharusnya sudah mendapatkan informasi yang positif, bukan hal negative yang didapat.
Seperti hasil survei yang dikemukaan oleh opini saudari oleh Nielsen Audience Measurement pada 2012 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang menonton televisi mencapai 95%.kemudian disusul Internet dengan 33%, radio 20%, surat kabar 12%, tabloid 6%, dan majalah 5%.
Badan Pusat statistik (BPS) pada tahun 2006 mencatat, penduduk dengan usia di atas 10 tahun yang menonton TV jumlahnya 85,86% dan yang membaca surat kabar 23,46%. Selanjutnya pada tahun 2009, penduduk yang menonton TV mencapai 90,27% dan membaca surat kabar 18,94%. Pada tahun 2012 menunjukkan, penduduk yang menonton TV berjumlah 91,68% dan yang membaca surat kabar berjumlah 17,66%.
Ada beberapa cara supaya penonton tertarik pada acara televisi yang menurut saya tidak menarik, yaitu dengan mengundang artis yang sedang naik daun, atau memerankan tokoh pada sinetron. Dengan mudah masyarakat tertarik untuk menonton acara televisi tersebut.
Dan beberapa beberapa dekade akhir-akhir ini berkurangnya artis cilik yang menanyangkan acara yang khusus untuk usia anak-anak. Dahulu saya ingat ada acara televisi anak tahun 90’an yaitu : “Si Komo” Apakah ada yang masih ingat Si Komo? Program untuk anak-anak yang tayang sekitar tahun 1997 pertama kali muncul di TPI, tayang setiap pagi pukul 08.00 WIB. Tokoh ikonik si Komo ini terinspirasi dari binatang Komodo.
Tayangan ini sangat inspiratif dan edukatif sehingga mendapat pujian dan apresiasi dari Presiden kala itu dan tentunya para orang tua yang sangat tertolong dalam pembentukan karakter anak-anaknya. Tokoh yang sering mengucapkan "weleh…weleh.." ini di Dubbing oleh Kak Seto yang kemudian dikenal hingga saat ini sebagai pemerhati anak.
Coba kita lihat sekarang apakah ada acara yang mendidik seperti acara televisi saat tahun 90’an. Bagi saya semakin kesini semakin berkurang. Mungkin ada, tetapi tidak sebagus yang dahulu. Atau pengemasannya saja yang jaman sekarang semakin maju. tetapi tidak tahu juga sih.
Jadi pertelevisian yang mendidik yang dibutuhkan bagi anak-anak. Supaya mereka mengerti dan memahami acara-acara apa yang pantas untuk ditonton dan tidak. Dan juga perlu adanya dukungan dari KPI yang harus lebih tanggap atas insiden yang tidak baik ini.
Selain dari KPI, peran orangtua pun sangat penting untuk memantau apa saja yang ditonton oleh anak-anak. Khusus pada seorang ibu dituntut untuk lebih aktif memantau anak-anaknya baik siang maupun malam agar tidak terjebak pada acara televisi yang tidak mendidik.
Maka psikologi anak sangat penting untuk kedepannya, supaya menjadi warisan bangsa yang unggul dan berkarakter berbudi luhur. Jika awalnya sudah tercemar dengan hal yang tidak baik maka seterusnya akan seperti itu. Jadi lebih baik dicegah lebih dini ketimbang terlambat untuk ditanganinya.
Pesan dari saya, jadilah penikmat pertelevisian yang bijak. Harus bisa mengetahui porsi tontonan yang kita tonton sesuai usia kita. Jangan sampai salah, jika salah maka yang didapat bukan informasi tetapi hanya kesiasiaan saja yang kita lihat.
Aulia Salsabila.
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Semarang.

(24 Desember 2016)

Minggu, 18 Desember 2016

Simbangsiur UN

Ujian Nasional menjadi sesuatu yang mengerikan bagi kalangan pelajar, maka dari itu menurut saya Ujian Nasional sebaiknya diubah atau digantikan dengan evaluasi yang sepadan dengan pembelajaran yang diampuh oleh siswa. Jadi siswa tidak was-was saat menghadapi ujian akhir. Karena saya sudah merasakan perasaan was-was saat menghadapi Ujian Nasional. Harus menambah jam belajar dirumah maupun jam tambahan disekolah. Tak hanya itu, jadwal ujian nasional yang diadakan hanya tiga hari tidak sepadan dengan pembelajaran siswa yang diampuh sampai bertahun-tahun tetapi penentuannya diadakan hanya tiga hari saja. Ini merasa tidak adil. walaupun persiapan sudah direncanakan berbulan-bulan sebelum ujian dimulai.

Lebih baik setiap sekolah mengadakan ujian tiap mata pelajaran supaya siswa bisa mempelajari semuanya, bukan seperti pada ujian nasional yang diujikan hanya 3 atau 4 mata pelajaran saja.Lalu tingkat soalnya pun harus sesuai dengan tiap sekolah itu sendiri. karena setiap sekolah tingkat kompetensinya berbeda-beda. karena penentu kelulusan sebenarnya dari sekolah itu sendiri bukan dari pemerintah.
(Aulia Salsabila, 3D PBSI)

Kamis, 15 Desember 2016

LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK

Aliran ini diperkenalkan oleh salah seorang murid Firth yang mengembangkan teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkenaan dangan segi masyarakat bahasa, yaitu M.A.K. Halliday. Sebagai penerus Firth dan berdasarkan karangannya Categories of the Theory of Grammar, maka teori yang dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan nama Neo-Firthian Linguistics atau Skala dan Kategori Linguistik. Namun, kemudian ada nama baru, yaitu Systemic Linguistics atau Linguistik Sistemik.

Teori linguistik fungsional, apapun sebutan yang ada, teori ini tidak bisa lepas dari seseorang yang bernama Michael Alexander Kirkwood Halliday (MAK Halliday) yang telah menemukan dan mengembangkan teori kebahasaan tersebut. Ia merupakan salah seorang murid dari Firth, seorang ahli bahasa yang mengembangkan aliran Firth, guru besar di Universitas London, dimana Halliday belajar.
Sebagai penerus Firth dalam bidang kemasyarakatan bahasa serta pada sebuah karangannya Categories of the Theory of Grammar, Halliday mengembangkan suatu teori linguistik, yang mula-mula dikenal sebagai Neo-Firthian Linguistics atau Scale and Categories Linguistics. Namun dikemudian waktu, muncul nama baru untuk teori ini, Systemics Linguistics (dalam bahasa Indonesia disebut Linguistik Sistemik). Karya besar pertamanya tentang masalah tata bahasa adalah "Kategori dari teori tata bahasa", yang diterbitkan dalam jurnal Firman pada tahun 1961 .
Dalam tulisan ini, ia berpendapat untuk empat "kategori fundamental" bagi teori tata bahasa: "Unit", "struktur", "kelas" dan "sistem". Kategori-kategori ini menurutnya adalah "dari urutan tertinggi abstraksi", tapi dibela seperti yang diperlukan untuk "memungkinkan account koheren tentang apa tata bahasa dan tempatnya dalam bahasa" Dalam mengartikulasikan unit 'kategori', Halliday mengusulkan gagasan tentang 'skala peringkat' a. Unit tata bahasa membentuk "hierarki", skala dari "terbesar" ke "terkecil" yang diusulkan sebagai: "kalimat", "klausul", "kelompok / frase", "kata" dan "morfem" .
Linguistik fungsional sistemik (SFL) adalah sebuah pendekatan untuk linguistik yang menganggap bahasa sebagai sistem semiotik sosial. Ini dikembangkan oleh Michael Halliday, yang mengambil gagasan sistem dari gurunya, JR Firth. Sedangkan Firth dianggap sistem untuk merujuk kemungkinan subordinasi struktur, Halliday dalam arti tertentu "dibebaskan" dimensi pilihan dari struktur dan membuat dimensi pokok berbagai teori ini. Dengan kata lain, sedangkan banyak pendekatan untuk linguistik struktur deskripsi tempat dan sumbu sintagmatik di latar depan, Hallidean teori fungsional sistemik mengadopsi sumbu paradigmatik sebagai titik tolak. Istilah sistemik sesuai foregrounds Saussure "poros paradigmatik" dalam memahami bagaimana bahasa bekerja. Untuk Halliday, prinsip teoritis sentral kemudian bahwa setiap tindakan komunikasi melibatkan pilihan. Bahasa adalah sistem, dan pilihan yang tersedia di setiap berbagai bahasa dipetakan menggunakan alat representasi dari "jaringan sistem". Michael Halliday, yang mendirikan linguistik fungsional sistemik.

Linguistik fungsional sistemik juga "fungsional" karena menganggap bahasa telah berevolusi di bawah tekanan fungsi tertentu bahwa sistem bahasa harus melayani. Oleh karena itu fungsi yang diambil telah meninggalkan jejak mereka pada struktur dan organisasi bahasa di semua tingkatan, yang dikatakan dicapai melalui metafunctions. Term metafunction ini khusus linguistik fungsional sistemik. Organisasi kerangka fungsional di sekitar sistem, yaitu, pilihan, perbedaan yang signifikan dari lainnya pendekatan "fungsional", seperti, misalnya, tata bahasa fungsional Dik ini (FG, atau seperti sekarang sering disebut, fungsional wacana tata bahasa) dan tata bahasa fungsional leksikal.

HOW TO MAKE CHEESE CHOCOLATE SANDWICH

Ingredients :

-          2 Sliced bread
-          Condensed milk chocolate
-          Meses chocolate
-          Grated Cheese

Steps:

-          First, place two slices of bread on a plate.
-          Second, pour the condensed milk chocolate on two slices of bread.
-          Then, sprinkle with grated cheese and meses.
-          Then, stack into a sandwich
-          Sliced into two pieces of bread.

-          Finaly, cheese chocolate sandwich are ready to serve.

Senin, 31 Oktober 2016

SASTRA YANG TAK PERNAH PADAM

3Buku, 3 Kritikus, 3 Pembaca, 1 Pengarang.
Oleh: Aulia Salsabila/3D/PBSI/15410150
            Pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016 Universitas PGRI Semarang menyelenggarakan UPGRIS Bersastra dengan mengadakan bedah dan pembacaan karya Triyanto Triwikromo untuk merayakan Bulan Bahasa. Dengan judul 3 Buku, 3 Kritikus, 3 Pembaca, 1 Pengarang. Acara tersebut di isi oleh pembacaan puisi oleh Rektor Universitas PGRI Semarang Dr. Muhdi, S.H., M.Hum. Wakil rektor 1 Dra. Sri Suciati, M.Hum, dan kelompok musik Biscuittime. Tak hanya itu acara tersebut dihadiri Ketua Dekan FPBS Dra. Asropah, M.Pd. Selain itu di isi diskusi yang di isi oleh pakar posmodern Nur Hidayat, cerpenis S Prasetyo Utomo, dan pegiat buku Widyanuari Eko Putra. Bedah dan pembacaan karya Triyanto Triwikromo ini dimoderatori oleh kritikus sastra Harjito.
            Singkat perjalanan hidupnya Triyanto Triwikromo lahir di Salatiga, 15 September 1964. Lulus Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Semarang. Sebelum sebagai seorang sastrawan beliau pernah bekerja sebagai guru. Di samping bekerja sebagai redaktur sastra di harian Suara merdeka Semarang, dia juga menulis cerpen di Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo, Suara Pembaharuan, Matra, Bernas, Jawa Pos, Pelita, Suara Merdeka, dan Republika.
            Selain sebagai seorang penulis, dia kerap mengikuti pertemuan teater dan sastra. Antara lain menjadi pembicara dalam “Pertemuan Teater Indonesia 1998” di Yogyakarta, mengikuti “Pertemuan Sastrawan Indonesia 1997” di Padang, dan menjadi aktivis Gerakan Revitalisasi Sastra Perdalaman.
            Beliau juga pernah membuat naskah sinetron yang berjudul Anak-Anak Mengasah Pisau yang digarap sutradara Dedi Setiadi. Pada tahun 1989 beliau dinobatkan sebagai penyair terbaik majalah Gadis. Tahun 1990 beliau dinyatakan sebagai salah seorang penyair terbaik versi Dirjen Kesenian RI. ''Mata Sunyi Perempuan Takroni'' terpilih sebagai salah satu cerpen terbaik Kompas 2002.
KARYA Triyanto Triwikromo:
Cerpenis yang dikatagorikan Korri Layun Rampan ke dalam “Angkatan 2000” ini beberapa cerpennya dianalogikan bersama cerpenis lain dalam:
1. Panorama Dunia Keranda (1991),
2. Kasidah Jalan Raya (1992),
3. Kicau Kepodang I (1993),
4. Ritus (1995),
5. Negeri Bayang-Bayang (1996),
6. Gerbong: Antologi Puisi dan Cerpen Indonesia Modern (1998),
7. Pintu Tertutup Salju (2000 bersama Herlina Solehan),
8. Rezim Seks dan Ragaula (2002),
9. Children Sharpening the Knives (2003),
10. kumpulan cerpen Sayap Anjing (2003).
Kumpulan Cerpen Terbarunya dibuat dalam dwibahasa (Inggris-Indonesia)
Cerpen-cerpen beliau antara lain,
1. “Tujuh Belas Agustus, Tampa Tahun” (1991),
2. “Monumen” (1991),
3. “Ritus Penyalipan” (1992),
4. “Labirin Kesunyian” (1992),
5. “Sepanjang Waktu dalam Penyalipan-Mu” (1993),
6. “Litani Kebinasaan”, (1993),
7. “Ninabobo Televisi” (1996),
8. “Cinta Tak Mati-Mati” (1997),
9. “Masuklah ke Telingaku Ayah” (1999),
10. “Mata Sunyi Perempuan Takroni” (2002),
11. “Sepasang Anjing Sepasang Cermin” (2002),
12. “Cermin Pasir” (2002),
13. “Sunyi Merambat Seperti Ular” (2002),
14. “Morgot” (2002),
15. “Ikan Asing dari Weipa – Nappranum” (2002),
16. “Cermin Pasir” (2002),
17. “Cinta Sepasang Kupu-Kupu” (2003),
18. “Genjer” (2003),
19. “Malam Sepasang Lampion” (2003),
20. “Cutdacraeh” (2003),
21. “Seperti Gerimis yang Meruncing Merah” (2003),
22. “Sayap Anjing” (2003),
23. “Aku, Ular, Surga Terakhirmu” (2003),
24. “Angin dari Ujung Angin” (2004),
25. “Malaikat Kakus” (2005),
26. “Sayap Kabut Sultan Ngamid” (2005),
27. “Lumpur Kuala Lumpur” (2005),
28. “Malaikat Tanah Asal” (2006),
29. “Belenggu Salju” (2007),
30. “Badai Bunga” (2007), dan
31. “Matahari Musim Dingin” (2007).

            Saat acara akan dimulai para mahasiswa FPBS sudah berkumpul di Balairung Universitas PGRI Semarang dengan suka cita. Dengan suasana hikmat acarapun dimulai. Sebelum bapak rektor membuka acara, kelompok musik Biscuittime menampilkan 3 buah lagu. Setelah selesai menampilkan beberapa lagu barulah rektor Universitas PGRI Semarang Dr. Muhdi, S.H., M.Hum membuka acara 3 Buku, 3 Kritikus, 3 Pembaca, 1 Pengarang. Tak lama setelah pembukaan, barulah puisi karya Triyanto Triwikromo yang berjudul Takziah dibaca oleh Bapak Rektor Dr. Muhdi, S.H., M.Hum dan puisi yang kedua yang berjudul Mereka Memalsukan Kisahku. Kedua puisi yang dibaca oleh Rektor Universitas PGRI Semarang menjadi sorotan oleh mahasiswa dan tamu undangan yang hadir. Tak menyangka bahwa ada suatu kejutan yang ditampilkan oleh bapak rektor yaitu dengan menampilkan nyanyian dengan iringan gitar sendiri. Seluruh yang hadir pada saat itu terkesima. Ternyata Rektor Universitas PGRI Semarang memiliki bakat terpendam yaitu bergitar sambil bernyanyi.
            Setelah itu Wakil Rektor 1 Dra. Sri Suciati, M.Hum. membacakan puisi karya Triyanto Triwikromo dengan judul Selir Musim Panas. Dengan penampilan cara membaca puisi yang berbeda dengan nada nembang  jawa yang berduet dengan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris. Membuat bulu kuduk kami semakin terasa karena suara Wakil Rektor 1 Ibu Suci yang sangat merdu. Semua hadirin bertepuk tangan karena penampilan yang sangat memukau. Lalu penampilan kedua oleh mahasiswa Universitas PGRI Semarang yang menampilkan membaca puisi karya Triyanto Triwikromo. Dan menampilkan suatu Drama dengan dibacakan puisi-puisin karyanya. Dengan musik dan tata dekorasi yang apik serta penampilan yang menarik membuat semua yang hadir terkesima.
            Diskusi dan pembedahan 3 buku karya Triyanto Triwikromo pun dimulai, yang diisi oleh pakar posmodern Nur Hidayat, cerpenis S Prasetyo Utomo, dan pegiat buku Widyanuari Eko Putra. Bedah dan pembacaan karya Triyanto Triwikromo ini dimoderatori oleh kritikus sastra Harjito. Cerpenis S Prasetyo Utomo pun  membacakan sebuah puisi karya Triyanto Triwikromo yang dibaca dengan baik.

Setelah pembedahan selesai maka acara pun ditutup oleh Pesan dan kesan Triyanto Triwikromo yang terharu karena karyanya yang dikemukakan dimuka umum. Jadi lebih dikenal lagi oleh orang lain. Dengan perjalanan 30 Tahun  sebagai pengarang, hingga sekarang masih tetap menjadi seorang sastrawan yang belum pengsiun. Semoga karya bapak Triyanto Triwikromo menjadi inspirasi bagi kalangan masyarakat yang di Indonesia dan diluar Indonesia.

Jumat, 21 Oktober 2016

JAKA YANG MERINDUKAN SANG ISTRI DAN SUMARAH YANG MENCARI KEADILAN



             Pada hari Selasa tanggal 04 Oktober 2016 pukul 15.00 WIB, teater gema telah mementaskan suatu karya yang hadir di Gedung Pusat Lantai 7. Teater Gema kali ini akan mementaskan dua  karya yang sangat menarik untuk disaksikan Pementasan yang pertama berjudul Jaka Tarub dan pementasan kedua berjudul Monolog Balada Sumarah.
            Pada pementasan pertama dengan judul Jaka Tarub. Diawali dengan dekorasi yang apik dengan nuansa pedesaan dengan rumah gubuk yang mendukung nuansa pedesaannya.Suatu hari ada seorang lelaki yang tinggal disebuah desa bersama anak gadisnya seorang lelaki tersebut bernama Jaka Tarub dan anak gadisnya bernama Nawangsih. Pada malam hari saat itu Jaka Tarub sedang tidur lalu tiba-tiba ia berteriak dan terbangun dari tidurnya. Ia terbangun karena memimpikan hal yang sama, mimpi tersebut pasti datang pada saat bulan purnama. Mendengar bapaknya berteriak lalu Nawangsih langsung berlari menghampiri bapaknya dan menanyakan apa yang terjadi terhadapnya. Lalu Jaka Tarub menjawab bahwa tidak ada yang terjadi, ia hanya bermimpi biasa saja. Setelah itu Nawangsih menawarkan air minum kepad bapaknya supaya bisa lebih enakan, segeralah Nawangsih mengambil air minum untuk bapaknya. Saat Nawangsih mengambil air minum Jaka Tarub langsung bergumam “Tidak Mungkin, jangan ambil anakku. Karena dialah satu-satunya yang aku punya.” Saat itu Nawangsih datang dan bertanya “Apa yang tidak mungkin pak?” dan Jaka langsung menjawab “Tidak apa-apa anakku”. Sesaat Jaka Tarub mengingat Ibu Nawangsih, istri Jaka Tarub.
            Awal mengenal ibu Nawangsih, ibu Nawangsih sebenarnya seorang bidadari dari kayangan. Ia bernama Nawang Wulan. Sebelum mengenal Nawang Wulan, Jaka Tarub selalu dimimpikan oleh sosok yang ia tidak kenal didalam mimpinya Jaka Tarub akan menikah dengan sosok Bidadari. Awalnya ia tidak percaya tentang mimpi tersebut tetapi semakin sering mimpi itu muncul pada saat bulan purnama muncul. Mimpi tersebut langsung diceritakan kepada Kang Darmo teman Jaka Tarub, dan kang darmo tidak mempercayai lalu menertawakan dan kang darmo hanya menasehati saja. Setalah itu Jaka Tarub bersiap-siap akan pergi ke sungai untuk mencari ikan untuk makan siang. Sudah dipersiapkan alat untuk mencari ikan tersebut.
            Sesampai disungai ia melihat ada wanita cantik, wanita tersebut adalah bidadari yang sedang turun dari kayangan untuk berendam disungai tempat Jaka Tarub akan mencari ikan. Setelah mendengar percakapan yang ia dengar dari ke 7 bidadari tersebut, maka Jaka Tarub memiliki inisiatif untuk mengambil salah satu selendang yang dikenakan oleh bidadari tersebut. Saat ke 7 bidadari tersebut sedang bermain air, Jaka Tarub mengendap-endap dari rerumputan dan mengambil sebuah selendang. Setelah ke 7 Bidadari tersebut selesai bermain air lalu semua Bidadari mengambil selendang dan segera kembali lagi ke kayangan. Tetapi selendang milik salah satu bidadari tersebut tidak ada. Ialah milik Nawang Wulan yaitu kakak tertua dari ke 7 Bidadari tersebut. Adik-adiknya yang berusaha mencari tetapi tidak ketemu. Akhirnya Nawang Wulan ditinggal sendirian di dunia dan adik-adiknya pergi kekayangan. Sesaat mereka pergi kekayangan, Nawang Wulan sempat merasa sedih karena kenapa sampai selendangnya bisa tiba-tiba hilang. Nawang Wulan saat itu membutuhkan baju untuk dikenakannya. Dan berucap Jika ada seseorang yang meberikan ia baju untuknya Entah itu Wanita atau Pria. Jika wanita maka ia akan jadikan saudara tetapi jika pria ia akan jadikan suaminya. Mendengar perkataan tersebut Jaka Tarub langsung bersemangat dan langsung pergi kerumah untuk mengambil baju untuk Nawang Wulan. Setelah membawa baju langsung lah Jaka Tarub kembali kesungai tersebut dan menghampiri Nawang Wulan. Lalu bertanya kepadanya “Sedang apa kau wanita cantik menjelang pagi ada ditempat ini? Bukan nya kamu tadi bilang sedang membutuhkan baju.” Tanya Jaka Tarub kepada Nawang Wulan.
            Dijawabnya “Iya saya sedang membutuhkan baju.” Lalu Jaka Tarub menjawab “wah kebetulan sekali aku bawa baju ibuku. Mungkin cukup untukmu. Oh iya dengar-dengar jika yang meberikan baju itu wanita kamu akan jadikan ia saudara. Tetapi jika itu pria akan kamu jadikan suami? Betul tidak?” Dan Nawang Wulan menjawab “Iya tentu saja betul, karena saya tidak mengingkari perkataan saya. karena saya seorang bidadari.” Sejenak Jaka terkejut mendengar ia seorang bidadari. Dan mengingat mimpi yang ia alami setiap bulan pernama. Lalu diberikan baju itu dan Nawang Wulan pergi kerumah Jaka dan menikahi Nawang Wulan.
            Beberapa bulan kemudia setelah pernikahan, Nawang Wulan hamil. Saat hidup satu rumah dengan Jaka, Nawang merasa bahagia. Begitupun dengan Jaka, dan ada satu keheranan Jaka karena beras untuk makan sehari-hari tidak pernah habis. Bukannya habis tetapi semakin banyak. Sempat Jaka bertanya dengan istrinya dan istrinya pun menjawab “Mungkin itu karena hasil kerja kerasmu sehingga menganggapnya beras itu tidak habis malah semakin banyak. Kita harus bersyukur mas karena telah memiliki kecukupan untuk bisa makan tanpa merasa kelaparan.” Mendengar perkataan istrinya, Jaka pun mengangguk dan tersenyum “Iya sayang aku bersyukur sekali dan sangat bersyukur karena telah memilih istri secantik kamu.” Jawab Jaka sambil mengelus perut Nawang yang sedang mengandung anak yang hampir melahirkan.
            Dua minggu kemudia Nawang Wulan mengalami kontraksi bahwa pertanda anaknya akan lahir. Lalu segeralah ia memanggil dukun anak bernama mbok ti. Sesaat kemudian lahirlah bayi cantik seperti ibunya. Dan ia berinama anak perempuannya yaitu Nawangsih. Nawangsih sangat cantik seperti ibunya. Kecantikan itu sudah terlihat saat ia lahir.
            Suatu hari saat Nawang Wulan akan pergi sungai untuk pergi mencuci baju, lalu ia titipkan anaknya kepada Jaka dan menitipkan pesan kepada suaminya supaya untuk menjaga api karena ia sedang memasak nasi. Tetapi nasi yang ia tanak tidak boleh dibuka tutup pancinya. Pesan itu ia ucapkan berulang-ulang kepada Jaka. “Iya sayang, aku ingat pesanmu ko” Jawab Jaka. Sesaat Nawang Wulan pergi kesungai. Jaka pun penasaran kenapa tidak diperbolehkan untuk melihat atau membuka panci yang berisikan nasi tersebut. Jika tidak dibuka maka tidak tau apakah nasi tersebut sudah matang atau belum. “Jika membuka tidak boleh, kalau mengintip pasti boleh lah” Ujar Jaka. Karena penasaran maka Jaka membuka sedikit tutup panci tersebut. Dan Jaka pun kaget, karena kenapa isinya hanya satu biji beras saja. Dengan terheran-heran. “Kenapa bisa begini, jika hanya satu biji tentu tidak akan kenyang untuk makan aku,istriku dan juga untuk anakku” Ujar Jaka. Saat istrinya kembali kerumah membawa cucian bersih. Lalu Jaka memanggil istrinya “Sayang coba kemari, ada yang harus aku bicarakan kepadamu.” Dan Nawang Wulan langsung menghampiri suaminya “Ada apa suamiku?” langsung saja Jaka menceritakan yang ia lihat. Dan Nawang Wulan kaget dan kecewa karena ia tidak menempati janji dan pesannya yang sudah ia sampaikan. Lalu Nawang Wulan masuk ke dalam rumah. Tak lama ia kembali menghampiri Jaka dan bertanya “Ini apa mas, kenapa selendang milikku ada didalam rumah. Apakah engkau yang telah mengambil selendang itu?” sejenak Jaka hanya bisa terdiam dan meminta maaf kepada Nawang. “Hmm jadi begini sayang...” Nawang pun merasa kesal. “Aku tidak bermaksud seperti itu, aku melakukan itu karena aku mencintaimu” Ungkap Jaka. “Kenapa kau membohongiku dan kenapa kau mengingkari janjiku tadi. Karena jika kau membuka tutup pancinya maka hilanglah kesaktian ku.” Iya aku minta maaf sayang, dan kamu jangan tinggalkan aku” Jaka memohon kepada istrinya supaya tidak kembali kekayangan.
“Iya aku memaafkanmu, tetapi aku harus pergi. Karena ini bukan asal ku. Asalku berada dikayangan.” Ungkap Nawang Wulan. “Tidak nawang, kau harus ada disini. Kau harus merawat anak ini dan menemani aku.” Ucap Jaka sambil memohon. “Untuk kewajiban itu pasti aku tidak akan lupan dengan anakku. Setiap bulan purnama aku datang kesungai itu. Dan akan bertemu anakku tetapi tidak bersama kamu Jaka.” Ungkap Nawang Wulan.
Sesaat Nawang Wulan pergi dari muka bumi dan pergi kekayangan. Setelah itu Nawang Wulan tidak pernah bertemu dengan Jaka Tarub. Tetapi ia selalu dimimpian oleh Nawang Wulan setiap bulan purnama. Didalam mimpinya bahwa akan membawa anak perempuannya untuk kekayangan untuk bisa tinggal dengan ibunya. Maka setiap mengalami mimpi tersebut Jaka hanya bisa berteriak dan bergumam supaya anak perempuannya tidak dibawa kekayangan. Dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa cinta tidak boleh saling berkhianat dan jangan menutupi setiap memiliki masalah. Jujurlah terhadap pasangan kita, sebelum semuanya terlambat. Jika sampai terlambat maka semuanya akan sirna. Setalah sudah selesai, lalu ditutup dengan meredupnya lampu sebagai penutup dan berakhirnya cerita Jaka Tarub.
            Pada pementasan yang kedua yang berjudul Monolog Balada Sumarah. Pada pementasan kali ini sangat begitu menarik karena yang berperan hanya satu orang, yaitu sosok wanita seperti judulnya. Sumarah ini adalah seorang wanita asal Indonesia yang merupakan anak dari ayah yang merupakan golongan PKI yang saat itu sedang buming. Sumarah ini merasa tidak terima diperlakukannya seperti itu,misalnya dikucilkan dan dijauhi oleh teman-temannya semasa ia sekolah sampai lulus SMA. Untuk mencari pekerjaan yang layak pun sumarah merasa kesulitan karena ia adalah anak dari seorang golongan PKI. Padahal saat itu ayahnya tidak mengikuti PKI. Tetapi kenapa ayahnya bisa termasuk dalam golongan PKI tersebut. Setelah itu Sumarah nekat untuk mendaftar bekerja diluar negeri atau istilahnya TKW. Ia mendaftar ke kantor yang mengurus TKW. Supaya administrasi berjalan dengan lancar maka yang dilakukan ialah dengan jalan belakang dengan adanya uang. Karena jaman sekarang jika urusan akan lancar maka uang pun juga harus lancar. Acara ini Sumarah lakukan supaya administrasi bisa diurus tanpa adanya kendala.
            Maka pergilah ia ke Arab Saudi, pikirnya ia disana akan mendapatkan penghasilan yang banyak tetapi ia disana mendapatkan siksaan terhadap majikannya. Ditambah lagi jika berbuat salah sedikit ia langsung dianiaya. Dan pada suatu hari Sumarah mendapatkan pelecehan seksual terhadap majikan pria nya. Ia diperkosa oleh majikannya sendiri. Sumarah pun merasa kesal terhadap majikannya tersebut. Suatu ketika sumarah berfikiran untuk membunuh majikannya yang telah memperkosanya. Jelas yang ia perbuat itu merupakan kejahatan yang dapat merugikannya dan juga pasti akan mendapatkan hukuman mati yang berlaku di Arab Saudi. Sumarah sudah siap akan hukuman yang akan diterimanya.
            Begitulah nasib TKW kita yang mendapatkan siksaan dari majikannya. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan nasib para TKI dan TKW yang berkerja diluar negeri. Karena meraka juga memiliki HAM yang sepatutnya untuk dilindungi juga dari hukuman yang menimpanya. Dan juga dari perusahaan yang harus lebih mengketat calon TKI dan TKW yang akan diperkerjakan diluar negeri supaya komunikasi antar majikan dan juga pekerjanya bisa lebih terjaga.
            Pementasan tersebut ditutup dengan pemeran yang mengakhiri pementasannya. Sungguh apik sekali yang sudah dibawakan dari pementasan keduanya. Yang pertama dari pementasan Jaka Tarub dan juga pementasan Monolog Balada Sumarah.

Rabu, 14 September 2016

Awal Hari Ku

Oleh Aulia Salsabila

Kamis pagi itu aku awali dengan meminum teh hangat
Dengan aroma melati yang menenangkan pikiranku
Karena sebelumnya pikiran itu selalu terjuru akan dirimu
Teh di pagi hariku ini semoga menjadi pendamping semangatku 
Di kala kau tidak berada disampingku
Memang ini terasa sulit untuk dijalani, karena terbatasnya jarak dan waktu
Semoga engkau selalu diberi kelancaran dan diberi lindungan dari Tuhan.

Rabu, 07 September 2016

Falling Slowly by Glen Hansard

I don't know you
But I want you
All the more for that

Words fall through me
And always fool me
And I can't react

And games that never amount
To more than they're meant
Will play themselves out

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice, you have a choice
You'll make it now

Falling slowly, eyes that know me
And I can't go back

Moods that take me and erase me
And I'm painted black

You have suffered enough
And warred with yourself
It's time that you won

Take this sinking boat and point it home
We've still got time
Raise your hopeful voice, you have a choice
You've made it now

Falling slowly sing your melody
I'll sing it loud

Jumat, 01 April 2016

Unsur Intrinsik Prosa

Unsur intrinsik adalah unsur- unsur yang pembangun karya sastra yang dapat ditemukan didalam teks karya sastra itu sendiri.
Unsur intrinsik terdiri atas :
1. Tokoh
2. Penokohan 
3. Perwatakan Tokoh
4. Tema
5. Amanat
6. Latar/Seting
7. Alur
8. Sudut pandang
9. Gaya penceritaaan/Gaya Bahasa

 1. TOKOH

Yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Macam tokoh dalam cerita :

a.  Tokoh utama/sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
b.  Tokoh utama/ sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai tak positif/negatif

Tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh tambahan atau tak utama dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Tokoh pembantu tokoh utama adalah tokoh yang menjadi kepercayaan tokoh protagonis atau antagonis).
b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.(tokoh pembantu )
c. Tokoh figuran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.

2. PENOKOHAN/PERWATAKAN
     Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu
a. Metode analitis/langsung. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c.  Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.


    Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM., ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
·  Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
·  Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
·    Melalui penggambaran fisik tokoh.
·    Melalui pikiran-pikirannya
·    Melalui penerangan langsung.
   
   Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

          3. ALUR

Alur adalah urutaan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu
a. Berdasarkan urutan waktu terjadinya. (kronologis )kejadian disebut alur linear
b. Berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebutalur kausal.
c. Berdasarkan tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.
Pola umum alur cerita adalah
a.    Bagian awal
                         1.      Paparan/eksposisi
                         2.      rangkasangan
                         3.      gawatan

b.     Bagian tengah
                         4.      tikaian /konflik
                         5.      rumitan /komplikasi
                         6.      klimaks/puncak ketegangan
c.      Bagian akhir
                         7.      leraian /antiklimaks
                         8.      selesaian.

Macam Alur :

Pada umumnya orang membedakan alur menjadi dua, yaitu 
1)alur maju dan 
2)alur mundur.
Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian.
         Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.

Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga macam alur, yaitu
       a. alur berdasarkan urutan waktu
       b. alur berdasarkan urutan sebab-akibat
       c. alur berdasarkan tema. Cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri sehingga bila salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.

Pembagian seperti itu sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian alur berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga macam alur, yaitu
       a. alur berdasarkan urutan waktu
       b. alur berdasarkan urutan sebab-akibat
     c. alur berdasarkan tema. Dalam cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.

      Beberapa istilah alur lain adalah:
1. Alur bawahan adalah alur cerita yang ada di samping alur cerita utama.
2. Alur linear adalah rangkaian peristiwa susul-menyusul secara temporal.
3. Alur balik atau alur sorot balik atau flash back.
4. Alur datar adalah alur yang tidak ada perkembangan cerita dari gawatan, klimaks sampai penyelesaian.
5. Alur menanjak adalah alur yang jalinan peristiwanya semakin lama semakin menanjak atau rumit.

4. LATAR 
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.

MACAM LATAR
Latar dibedakan menjadi dua, yaitu : 
1. Latar fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud fisiknya (dapat dipahami melalui panca indra).
Latar fisik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Latar netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b. Latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran tertentu.
2. Latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain.
4. TEMA DAN AMANAT
      Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Jenis tema antara lain : didaktis, sosiologis, kepahlawanan, dll.

5. SUDUT PANDANG (POINT OF VIEW)

Macam sudut pandang :
 1.      Pencerita orang pertama (akuan).
Sudut pandang orang pertama adalah cara menceritakan  tokoh, pencerita terlibat langsung mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu: 
a. Pencerita akuan sertaan, yaitu pencerita menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
 2.      Pencerita akuan taksertaan, yaitu pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral
 3.      Pencerita orang ketiga (diaan).
 Sudut pandang orang ketiga adalah pencnerita tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita.  Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita ddibedakan  menjadi dua, yaitu :
  1. Pencerita diaan serba tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Tokoh ini bebas bercerita dan bahkan memberi komentar dan penilaian terhadap tokoh cerita.
  2. Pencerita diaan terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau melukiskan lakuan dramatik yang diamatinya. Jadi pencerita hanya melaporkan apa yang dilihatnya saja.