Selasa, 03 Januari 2017

SEMARAK BULAN BAHASA


Oleh: Aulia Salsabila/ 3D/ 15410150
            Seluruh Mahasiswa FPBS Universitas PGRI Semarang memperingati Puncak Bulan Bahasa dengan mengadakan Festival Budaya di Balairung Universitas PGRI Semarang pada hari Kamis 27 Oktober 2016 dengan memakai pakaian adat daerah. Kehadiran rektor Universitas PGRI Semarang sekaligus membuka acara Festival Budaya Bulan Bahasa oleh Dr. H. Muhdi, SH., M.Hum. dan juga kehadiran Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Tak hanya itu acara tersebut mengadakan perlombaan tari kreasi yang diikuti oleh seluruh mahasiswa FPBS. Semarak kemeriahan yang terlihat dari acara tersebut membuat mahasiswa dan dosen menjadi bergembira. Peserta tari kreasi yang diikuti sebanyak 27 peserta dengan membawakan tarian daerah yang kreatif dan juga pakaian yang unik membuat para juri terkesima.
            Dalam kegiatan tersebut setiap tim menampilkan berbagai tari tradisional mulai dari Saman, Reog, Gambyong, hingga Topeng Ireng. Dengan 27 peserta mahasiswa yang mengikuti lomba, terpilihlah 6 peserta yang mendapatkan skor tertinggi diantaranya mendapatkan juara umum dan juga juara 1, 2, dan 3. Bagi saya semua penampilan tari kreasi sangat kreatif tak hanya itu ada salah satu peserta yang membawakan tari reog ponorogo membuat penonton menjadi heboh karena membawakan ciri khas dari tari reog tersebut, mahasiswa juga mampu membawa barongan yang beratnya puluhan kilogram.
            Pada keesokan harinya yaitu pada Tanggal 28 Oktober 2016 bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Mahasiswa Universitas PGRI Semarang mengadakan orasi di halaman Gedung Umum. Mahasiswa yang menyuarakan orasinya tentang  perubahan bagi para pemuda dan juga menjadi para pemuda yang aktif dalam hal positive dan juga pemuda yang kreatif. Tak hanya itu para mahasiswa bergantian untuk ber orasi menyuarakan orasi yang positive. Bagi yang tak ber orasi bisa juga mahasiswa menulis catatan pada kertas berwarna yang sudah disediakan oleh salah satu panitia, isi kertas tersebut berupa pesan untuk para pemuda generasi penerus bangsa yang kedepannya bisa menjadi contoh yang baik bagi semuanya.
            Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".
            Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.
Isi dari Sumpah Pemuda yang dibacakan pada 28 Oktober 1928:
Pertama : Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjungjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
            Sedikit cerita, bahwa rumusan Kongres Sumpah Pemuda ini ditulis oleh Muhammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
            Pada malam harinya mengadakan event parade dan penampilan teater gema yang ikut memperingati hari Sumpah Pemuda tersebut. Penampilan parade yang meriah dan juga penampilan teater gema yang memukau, membuat penonton yang melihat menjadi terkesima. Bisa dilihat dari nilai nilai yang disampaikan oleh para pemain yang menampilkan aksi pada malam itu.
            Bagi saya sumpah pemuda itu merupakan sebuah janji atau ikrar khusnya bagi para pemuda. Supaya pemuda Indonesia bisa mewujudkan cita-citanya menjadi pemimpin bagi setiap yang ia geluti. Tentunya merubah tatanan nilai-nilai bangsa yang lebih baik, dan juga menjadi pemuda yang aktif dan kreatif. Menjadikan contoh bagi generasi pemuda yang baik bagi bangsanya. Ikut serta membangun tatanan negara yang semakin maju, supaya tidak kalah dengan negara yang lainnya. Sebagai pemuda yang baik kita harus mencontohkan perilaku yang baik, tata krama yang baik dan juga sopan santun terhadap lawan biacaranya.

            Pesan untuk generasi selanjutnya, supaya Negara Indonesia bisa selalu rukun. Bagi para pemuda supaya tidak terjadi adanya aksi anarkis yang biasa terlihat antar sesama sekolah maupun antar wilayah. Jangan saling adanya bentrok lagi. Kita harus rukun karena negara kita identik dengan persatuan yang aman dan tentram seperti sedia kala.